Puja adalah penghormatan, seperti dalam Mangala Sutta “Pūjā ca pūjanīyānam etammangalamuttamam” yang artinya, menghormat kepada yang layak dihormati merupakan berkah utama.
1. Amisa Puja adalah pemujaan dengan persembahan. Amisa Puja ini berawal dari Bhikkhu Ananda yang merawat Sang Buddha. Terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam Amisa Puja, yaitu:
1) Sakkara: memberikan persembahan materi
2) Garukara: menaruh kasih serta bakti terhadap nilai-nilai luhur
3) Manana: memperlihatkan rasa percaya/yakin
4) Vandana: menguncarkan ungkapan atau kata persanjungan.
Namun, ada tiga hal pula yang harus diperhatikan dalam Amisa Puja, yaitu:
a. Vatthu sampada: kesempurnaan materi
b. Cetana sampada: kesempurnaan dalam kehendak
c. Dakkhineyya sampada : kesempurnaan dalam obyek pemujaan
Mempersembahkan amisa puja kepada Upajjhaya dan Acariya
sebagai tanda bakti samanera baru.
2. Patipati Puja adalah penghormatan dengan pelaksanaan. Pelaksaan ini maksudnya adalah :
a. Berlindung pada Triratna (Tiga Perlindungan), yakni Buddha, Dhamma, dan Ariya Sangha
b. Bertekad untuk melaksanakan Panca Sila Buddhis (Lima Kemoralan) yakni pantangan untuk membunuh, mencuri, berbuat asusila, berkata yang tidak benar, mengkonsumsi makanan/minuman yang melemahkan kewaspadaan
c. Bertekad melaksanakan Atthanga Sila (Delapan Sila) pada hari-hari Uposatha.
d. Berusaha menjalankan Parisuddhi Sila (Kemurnian Sila), yaitu:
- Pengendalian diri dalam tata tertib (Patimokha-samvara)
- Pengendalian enam indera (Indriya-samvara)
- Mencari nafkah hidup secara benar (Ajiva-parisuddhi)
- Pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (Paccaya-sanissita)
Makna Puja, diantaranya adalah :
1. Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Sang Tiratana
2. Memperkuat keyakinan (Saddha) dengan tekad (Adhitthana)
3. Membina empat kediaman luhur (Brahma Vihara)
4. Mengulang dan merenungkan kembali khotbah-khotbah Sang Buddha
5. Melakukan Anumodana, yaitu `melimpahkan’ jasa perbuatan baik kita kepada makhluk lain.
Sikap dalam Upacara
1) Sikap Menghormat
a. Anjali, yaitu merangkapkan kedua belah tangan di depan dada, membentuk kuncup bunga teratai, baik dalam posisi berdiri, berjalan, maupun duduk bersimpuh/bersila. Sikap ini diambil dari tradisi India.
b. Namaskara, yaitu bersujud tiga kali dengan lima titik (lutut, ujung jari-jari kaki, dahi, siku, telapak tangan) menyentuh lantai, dengan disertai sikap anjali dengan mengulangi Namakara-Gatha.
c. Padakhina, yaitu dengan tangan beranjali mengelilingi objek pemujaan dari kiri ke kanan, dilakukan 3 kali dan pikiran tertuju kepada Triratna.
2) Sikap Membaca Paritta
a. Dilakukan dengan khidmat dan penuh perhatian
b. Dibaca secara benar sesuai dengan petunjuk-petunjuk tanda-tanda bacaannya dan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan dalam Kitab Suci Tipitaka seperti pada Vinaya Pitaka, II.108, di mana Sang Buddha bersabda kepada para bhikkhu tentang masalah melagukan pembacaan Dhamma, yaitu sebagai berikut: “Para bhikkhu, ada lima bahaya (keburukan) jika Dhamma diucapkan dengan suara yang dinyanyikan :
- Ia akan senang (bangga) pada dirinya sendiri sehubungan dengan suaranya yang telah didengarnya
- Orang lain akan senang mendengar suaranya tersebut (mereka akan tertarik pada lagunya tersebut, bukan pada Dhammanya)
- Umat awam akan mencemoohkan (karena musik hanya pantas untuk mereka yang masih menyukai kesenangan indera)
- Karena sibuk mengatur suaranya tersebut, maka konsentrasinya menjadi pecah (ia melupakan makna dari apa yang sedang dibacanya)
- Orang-orang yang mendengarnya bisa terjebak dalam pandangan-pandangan yang mengandung persaingan (dengan berkata: “Guru-guru dan pembimbing kami melagukannya seperti itu”, hal ini akan menyebabkan timbulnya pertentangan dan saling membanggakan diri pada umat Buddha generasi yang akan datang).
3) Sikap Bersamadhi
a. Rileks, duduk bersila (bersilang kaki) dan tumpuan kedua tangan di atas pangkuan
b. Memusatkan pikiran kita kepada obyek meditasi yang biasanya cocok untuk kita gunakan, misalnya pernafasan, sifat-sifat luhur Sang Tiratana, Empat Keadaan Batin yang Luhur (Brahma Vihara), dan sebagainya.
A. Hari Suci Buddha
1. Hari Suci Magha Puja
Pada hari ini, terdapat dua kejadian penting dalam masa hidup Buddha Gotama yang diperingati oleh umat Buddha, yaitu:
1) Berkumpulnya 1250 Bhikkhu yang telah mencapai tingkat kesucian di Vihara Veluvana. Keistimewaannya yaitu:
- 1250 Bhikkhu yang terkumpul semuanya arahat,
- 1250 Bhikkhu itu semuanya Ehi Bhikkhu,
- 1250 Bhikkhu itu semua datang tanpa persetujuan terlebih dahulu
- Pada kesempatan itu, Buddha Gotama menerangkan prinsip-prinsip ajaran yang disebut Ovada Prati Noksha.
2) Pada peristiwa Suci Magha Puja itu, Sang Buddha juga memberitahukan pengangkatan Arahat Sariputta dan Arahat Moggallana sebagai siswa Utama Beliau (Aggasavaka) dalam Sangha Bhikkhu.
2. Hari Suci Waisak
Pada hari ini, umat Buddha memperingati tiga peristiwa penting dalam masa hidup Buddha Gotama, yaitu:
1) Lahirnya Buddha Gotama pada tahun 623 SM di Taman Lumbini
2) Sidharta Gotama mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha pada tahun 588 SM,
3) Buddha Gotama mencapai Parinirvana di Kusinara pada tahun 543 SM.
3. Hari Suci Asadha
Pada hari ini umat Buddha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu:
1) Pertama kalinya Buddha Gotama khotbah “dharmacakrapravartana” yang berisi Cattari Ariya Saccani di Taman Rusa Isipatana,
2) Terbentuknya Sangha pertama,
3) Lengkapnya Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha)
Para Bhikkhu sedang melakukan Pradaksina
(berdoa sambil mengelilingi candi) di Candi Borobudur
4. Hari Suci Kathina
Pada hari ini, umat Buddha memperingati kebaktian terhadap Sangha, sebab Sangha merupakan pewaris dan pengamal Buddha Dhamma yang patut dihormati. Di hari suci Kathina ini, umat Buddha berterima kasih kepada Sangha dengan memberikan Kain Kathina yang berwarna putih sebagai bahan pembuatan jubah Kathina.
Perayaan kathina di Vihara Dhammavijja,
dengan memberikan persembahan kepada Bhikkhu Sangha
B. Tempat Suci Buddha
1. Lumbini yaitu tempat kelahiran Buddha
Lumbini di Nepal
2. Bodhygaya yaitu tempat Buddha mencapai pencerahan
3. Taman Rusa Isipatana yaitu tempat Buddha pertama kali mengajarkan Dhamma
Pemandangan stupa Taman Rusa Isipatana, Nepal
4. Kusinara yaitu tempat Buddha mencapai Parinibbana
Itulah tempat-tempat yang harus dikunjungi oleh umat Buddha, adapun tujuan mengunjungi tempat-tempat tersebut ialah untuk menumbuhkan keyakinan kita kepada ajaran Buddha dan keempat tempat tersebut dapat membangkitkan semangat kerohanian.
C. Ajaran Tentang Sangha
Sangha adalah persamuan atau persaudaraan para Bhikkhu. Sangha terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Sammuti Sangha = persaudaraan para Bhikkhu biasa, artinya yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
b. Ariya Sangha = persaudaraan para Bhikkhu suci, artinya yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Adapun dalam agama Buddha dikenal dengan empat tingkatan Ariya Puggala, yaitu :
1. Sotapanna
2. Sakadagami
3. Anagami
4. Arahat
Dan terdapat sepuluh kekotoran batin yang harus dibasmi, yaitu:
1. Lobha-kilesa 6. Vicikiccha-kilesa
2. Dosa-kilesa 7. Thina-kilesa
3. Moha-kilesa 8. Uddhacca-kilesa
4. Mana-kilesa 9. Ahirika-kilesa
5. Ditthi-kilesa 10. Anotappa-kilesa
Sumber :
1. www.samaggi-phala.or.id
Terima kasih sangat membantu
BalasHapus